Maret 19, 2014

Rasa Syukur di Bulan Februari

Sudah pertengahan bulan maret. AH... lagi dan lagi banyak yang seharusnya kuceritakan di laman ini.. Dan, terlewat.
Hai para penikmat tulisan, mungkin sebagian tau aku sangat menanti bulan Februari. Hari pertama di Februari.
Syukur tak henti dihari itu. Tepat jam 12 malam, orang yang sama dengan tahun lalu menjadi pemberi ucapan pertama, "selamat ulang tahun, sayang" begitu katanya dalam telefon. Walaupun dia belum mengungkapkan harapan-harapannya untukku, tapi aku yakin sudah banyak doa yang dia lantunkan untukku malam itu. Begitu pula dengan ibu, yang terbangun kala aku masih terjaga, "happy birthday, anakku" begitu kata personal message nya di bbm. Tanpa beri ucapan langsung, ku tetap tau sebelum melanjutkan tidurnya, ia sudah memanjatkan doanya khusus untuk putri tunggalnya yang genap kepala dua hari itu. Dalam hitungan menit saja, 2 orang terpenting sudah dapat kujadikan alasan mengapa aku wajib memulai ucap syukur. Saat pagi menjelang, 2 hartaku yang paling berharga, ayah dan eyang juga beri ucap ditambah ciuman hangat di pipi. Kami penghuni rumah sudah siap, menyambut para anak-anak yang tinggal di sekitar rumahku, untuk sekadar membagi kebahagiaan melalui masakan ibu dan sekadar rezeki yang kudapat, acara ditambah hikmat dengan doa. Saat menjelang sore, syukur yang kuucapkan makin bertumpuk dengan hadirnya kerabat kuliah dan SMA
Jenny Meita Resti Luis Dhavin Laras Maul. Terima kasih sudah menyempatkan datang.
Dan kalian, Nihaya & Karlina, tidak absen dengan pemberian unik ditambah pula surat dan selimut winnie the poohnya. Juga yanda yang turut meramaikan
Kalian, Falih Wahab Abas. Personil kurang lengkap, tapi perwakilan saja sudah cukup buatku tersenyum tak henti.
Dan, lagi lagi kamu. Terima kasih Chandra. Untuk segala usaha dan pemberiannya. Benda yang akan selalu berada di tangan kiriku ketika berpergian akan selalu ingatkanku tentang waktu yang tidak akan pernah bisa berulang. Untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik. Terima kasih banyak.
Sekali lagi, ucupku tak henti hingga hari berganti.


Hai para penikmat tulisan, mungkin sebagian tau aku sangat menanti bulan Februari. Tidak hanya hari pertama, tetapi segala hari yang ada di bulan itu selalu beriku mindset baik.
Tapi... tidak untuk tahun ini. Tidak sampai seminggu setelah hariku, papa harus terbaring di rumah sakit.
2 hari disana, berangsur baik tapi tidak untuk seterusnya. Papa terbaring lemah, setiap hari ada saja yang berkurang, hingga selang harus menempel dihidung dan mulutnya, sampai dokter berkata "ICU" meskipun nyatanya hal tersebut dibatalkan. Aku terpuruk, entah berapa cc air mata yang sudah jatuh dirumah sakit, dirumah, kampus, jalan. Hariku kuisi dengan diam, termenung, menangis, kadar makan yang sedikit. Doaku tak henti, rasa takut pun tak kunjung henti. Mama yang ah... dia wanita terhebat kataku. Aku merasa gagal, ketakutanku membuatku egois dan tidak bisa menguatkannya. Syukur, aku memiliki orang yang tidak absen menemaniku, tidak bosan menyerahkan pundaknya, tidak lupa selalu ingatkanku untuk doa sholat zikir baca qur'an, tidak mengeluh padahal aku tau tubuhnya lelah untuk menghabiskan waktunya dijalan harapan baru-rawamangun-pondok gede-jatiwaringin-harapan baru, tidak mengeluh atas kewajiban lain yang harus ia kerjakan di rumah, peluknya selalu buatku tenang kala itu. Belum lagi partner yang tak henti bertanya kabar papa, mama dan aku, yang selalu ada 24 jam, belum lagi bawaan bekal untukku tanda peringatan aku harus tetap jaga kesehatan. Teman-teman yang selalu tetap menceriakan hariku. Syukur....
Syukur teramat kupanjatkan ketika papa berhasil melawan masa kritisnya, masa dimana jari jemari membiru, dimana tubuhnya sudah mendingin, selang menempel, mama dan chandra melantunkan ayat suci dikedua telinganya dan papa... mampu melewatinya. Tidak hanya mama, papaku juga hebat :')

Segalanya yang terjadi sekejap itu pun buat aku tidak henti ucap syukur di bulan februari....
Terima kasih, kalian.
Terima kasih, Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar